Selasa, 02 Desember 2014

Buruh

Ya.. pekerjaan ini namanya Buruh.
Memang mengandal tenaga yang banyak.
Menguras energi.

Mereka mencari rezki dari Tuhan.
Panas dan hujan mereka hadapi.
Kerasnya batu jalanan.
Debunya semen.
Musik dari batu dan cangkul.

Wahai penguasa.
Yang membayar kaum buruh.
Setiap haknya jangan direbut.
Buruh bekerja untuk semua keluarganya.
Tak upah tak ada makan.

Wahai penguasa.
Buruh adalah pekerja.
Yang dijual jasa bukan harga diri.
Buka untuk dicaci.
Mereka bekerja sekuat raga.
Namun mereka hanya manusia.
Bukan mesin pencipta.
Mereka bernyawa.
Apabila rasanyanya luka.
Maka mereka akan kecewa.

Sabtu, 15 November 2014

Kenangan yang tak Bertuan

Disekolah itu aku bermain.
Di atas titian papan sempit dan patah.
Rumput ilalang yang tinggi.
Udara yang sejuk.
Jelas sekali ini suasana desa.

Tapi ketika ku coba mengingat Tuan ini.
Aku tak tahu wajah aslinya.

Baju nenas warna warni.
Warna warninya bahkan sampai sekarang masih bisa ku ingat warnanya.
Padahal ini untuk terakhir kalinya.

Tapi ketika ku coba mengingat Tuan ini.
Aku tak tahu wajah aslinya.

Tidur di luar kamar,
dengan lampu tidur warna hijau.
Aku dirangkul dan di tepuk tepuk saat tidur.

Tapi ketika ku coba mengingat Tuan ini.
Aku tak tahu wajah aslinya.

Seandainya laki laki bertubuh tirus ini mengungkapkan wajahnya padaku.
Mungkin aku semakin sangat sayang kepadanya.
Maafkan aku yang tak mengenal mu lebih lama.

Minggu, 28 September 2014

Seonggok BEBAN

Aku tipe orang yang tidak suka dibebani.
Ketika ini itu ada di hadapan ku.
Rasanya ingin kuselesaikan.

Aku orang yang pemikir.
Sedikit masalah.
Aku mulai merisaukan kemungkinan yang terburuk.

Mungkin cara pikir ku salah.
Mungkin merasa slalu ingin jadi terbaik.

Tapi ada kalanya aku sadar.
Bahwa aku adalah pemalas.
Aku perlu istirahat, dalam desakan emosi ku ini.

Masalah dalam hidup sendiri saja bertumpuk.
Namun ada saja pengganggu.
Yang terus muncul.

Aku merasa dia beban.
Aku tak suka deringan telepon darinya.

Apa ini gejala traumatik sindrom?
Meskipun pernah baik, karna buruknya.
Aku tak suka.
Tak suka diganggu oleh dirinya.
Terasa diteror netizen.
Cukup q diamkan saja..
Hanya aku tidak ingin diganggu.
Apa aku ini egois?

Hai beban!
Jangan lah kam buat massa mu begitu besar.
Aku muak.
Sedikit sedikit menempel kepada ku.
Rasanya pundak ini tak kuat.

Ingin ku kecilkan.
Ku kecilkan engkau.
Seperti seonggok Beban.
Yang tak berarti.

Rabu, 04 Juni 2014

Do u now salah??

Memang kesalahan yang tak jelas datangnya, tak mungkin bisa diatasi.

Memang dari pihak kami yang salah.

Kami tak begitu tahu masalanya, tapi kami tetap menanggulangi.

Apa kami bodoh?
Tidak, kami hanya sebuah keluarga.

Jika satu terluka maka semuanya sakit.

Ini memang cuma suatu hubungan yang diciptakan oleh suatu pertalian.

Tapi kenapa saat satu yang salah, mau Anda buang? Heyyy..!

Kesalahan bukan untuk dilempar begitu saja.

Ketika gumpalan dosa itu kau tudingkan padanya.

Bukan kah itu lebih parah. Heh!

Lebih sakit.

Salah itu diperbaiki bersama.

Buka hanya enak lalu dirawat.

Setelah runtuh lalu di abaikan.

Bagi mu kami hanya keluarga yang tak berbuat apa-apa.

Just Look, not understand!!

We do everything, we can.

Kami membantunya lebih dari yang kau tahu.

Bahkan puing puing salahnya masih menusuk ke kami hingga bertahun-tahun.

Engkau malah tinggal di Istana di tengah hutan yang dibangun bersamanya.

Apa engkau tidak sadar itu uang dari mana??

Apa gaji mu cukup untuk membangunnya??

Apa bagus setiap salahnya, engkau tuding melulu??

Apa engkau malaikat yang tersakiti??

Bahkan di sini masih banyak lagi masalah yang lebih penting dari itu.

Masalah selalu seperti itu, pisah.. pisah dan pisah..

Koreksi diri?? Heyyy..heyyy..

Don't judge someone he just ever lie.
But,  you must know why someone to lie u?